TERNATE Mahabari.com – Setiap orang memiliki cara pandang yang tentu saja tidak sama. Atau bisa jadi sama tapi eksekusinya berbeda. Intinya, isi kepala setiap orang tidak akan pernah seragam. Selalu ada perbedaan. Meskipun gagasannya sama, kadang ada detail-detail kecil yang membedakan.
Terlepas dari perbedaan-perbedaan itu, setiap kita mestilah saling memberikan penghormatan. Sebab, itulah cara paling Indah menghargai buah pikiran.
Namun, yang perlu kita ingat bahwa cara pandang itu menentukan segalanya. Bahagia atau susah, senang atau sedih, semua ditentukan dari cara pandangnya dalam memaknai kehidupan.
Ada sebagian orang yang hidupnya bergelimang kesedihan, namun ada juga sebagian yang lain justru penuh cahaya kebahagiaan. Bahagia atau sedih pada akhirnya tergantung pada cara pandang.
Cara pandang itu tidak datang dengan sendirinya. Tidak otomatis tumbuh dalam akal pikiran. Ia dibangun dari pengetahuan, ajaran-ajaran agama, lingkungan sosial, nilai-nilai budaya, atau bisa juga dibangun dari ajaran nenek moyang yang diyakini sebagai sumber kearifan.
Seseorang yang cara pandangnya sempit dalam memandang kehidupan, seperti meyakini bahwa kita bisa hidup bahagia kalau ditopang dengan fasilitas materi yang melimpah, serba ada, serba segala-galanya, tentu cara pandang ini tidak lepas dari konstruksi sosial atau minimnya pengetahuan kita dalam membaca dan menelaah ajaran-ajaran agama.
Sebaliknya, seseorang yang cara pandangnya luas tentu saja ia memiliki pemahaman yang mendalam, yang visioner, yang tidak mudah terombang-ambing oleh keadaan. Sebab, ia berpegangan pada ilmu yang diyakini sehingga menjelma sikap dan tindakan yang elegan.
Di situlah pentingnya kita merawat cara pandang. Kalau selama ini kita sering kali protes pada Tuhan dengan mengatakan bahwa “Tuhan tidak adil”, “pilih kasih”, “tidak perhatian”, “tidak sayang”, dan lain sebagainya, semua itu pastilah karena ilmu dan pemahaman kita yang sempit.
Protes kita kepada-Nya adalah wujud dari kebodohan kita sendiri. Cara pandang itu sangat menentukan kualitas hidup kita. Seseorang bisa hidup bahagia dan terhormat karena cara pandangnya. Demikian pula ia bisa hidup sengsara, penuh duka, dan merasa selamanya tidak bahagia karena cara pandangnya.
Cara pandang itu sangat menentukan langkah-langkah kita. Bergerak maju atau mundur, pesimis atau optimis, semuanya bermula dari cara pandang dalam memahami dan memaknai kehidupan.
Karena manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal pikiran, tentu saja kita harus memfungsikannya dengan cara terus belajar, membaca lembar-lembar buku kehidupan, agar cara pandang kita semakin tajam.
Jangan sampai akal pikiran ini kita biarkan tumpul sehingga tidak berfungsi dengan semestinya. Kalau akal pikiran tidak dirawat dengan baik, maka kita tidak akan memiliki visi hidup.
Tidak memiliki keyakinan yang kuat, dan tentu saja mudah putus asa. Sejarah telah mencatat betapa banyak manusia-manusia hebat yang hingga kini masih dikenang lantaran cara pandangnya telah melahirkan inspirasi hidup yang positif.
Sebaliknya, betapa banyak juga yang meninggalkan cerita kelam lantaran cara pandangnya telah melahirkan keburukan demi keburukan. Tentu saja semua itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita.
Editor: Kibo