MAHABARI TERNATE — Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Maluku Utara (Malut) SPEAK UP (berani berbicara), laksanakan Dialog, dengan tema “Cegah Kekerasan Terhadap Perempuan di Kampus”.
Hal ini disamapikan Kadis DP3A Malut Musrifa Alhadar Rabu (16/16/2022) di Ruang Aula Universitas Muhammadiyah Malut usai memberikan materi.
Musrifa Saat di wawancara media ini mengatakan, DP3A sendiri nanti di tahun 2023 mempunyai satu program yaitu masuk ke kempaus – kampus. Hal ini untuk bagaimana kita bisa mengajak semua orang untuk bersenergi, berspeak up, terutama kepada korban kekerasan pada perempuan yang ada di kampus.
Kata musrifa dialog ini tujuannya untuk mencegah kekerasan perempuan di kampus. Hal ini juga untuk bagaimana memberikan perlindungan pada para perempuan yang ada di kampus. Supaya anak – anak kita ini bisa nyaman dalam melakukan beraktivitas nya di kampus.
“Upaya DP3A masuk ke kampus-kampus ini, agar segala permasalahan terutama kekerasan terhadap perempuan yang mungkin pernah terjadi atau sedang terjadi di kampus, itu bisa terseleaikan dan jangan di pendam atau berspeak up. Kalau ada terjadi kekerasan terus tidak berani berbicara, bisa jadi hal ini akan terus terjadi kekerasan dan tidak akan pernah ada penyelesaian”. Ucapnya
Maka dengan adanya masuk kampus ini DP3A akan membuat Satgas, bekerja sama dengan Pusat Studi Wanita (PSW) yang ada di tiap-tiap kampus. Akan kita buat gugus tugas penangan terhadap kekerasan yang terjadi pada perempuan di lingkungan kampus. Jelasnya
“Menurunya, muncul kekerasan kepada perempuan di kampus karena ada relasi kuasa, ini sangan berpengaruh di suatu organisasi terutama di kampus-kampus. Kenapa, karena dosen itu berfikir mereka mempunyai kekuasaan yang tidak bisa mahasiswa lawan.
Sehingga dose itu bisa mempergunakan relasi kuasanya ini untuk berbuat hal-hal yang tidak kita inginkan dan mahasiswa tidak bisa berbuat apa-apa di tambah lagi tidak berspeak up hanya menerima atas apa yang di alaminya, Karena takut mungkin nilainya nanti tidak di berikan maksimal dan lainnya.
Dengan hadirnya DP3A, bekerja sama dengan PSW di tiap-tiap kampus ini, bisa membuka ruang bagi mahasiswa yang ada terutama korban kekerasan yang tidak mau berspeak up, nanti bisa berbicara ke Satgas yang di bentuk ini dan indentitas korban atau mahasiswi sebagai pelapor akan di rahasiakan.
Jadi jika ada ketahuan terjadi kekerasan terhadap perempuan makan Dp3A akan mengawal sampai ke jalur hukum apabila sudah terbukti. Karena saat ini sudah ada UU yang hanya dengan satu bukti saja pelaku sudah bisa di jerat.
Makanya kenapa ada sosialisasi ini di kampus, supaya para korban kekerasan itu tidak perlu takut berspeak up. Karena kita bicara masa depan mereka, dengan adanya kegiatan seperti ini bisa ada perlindungan yang di berikan.
Jangan sampai ada terjadi kekerasan perempuan seperti ini di kampus. Para dosen – dosen jadilah pendidik-pendidik yang benar, agar anak – anak kita yang didik juga kedepan menjadi pendidik yang benar. Harapnya
Karena terjadi kekerasan ini ada banyak faktornya satu itu kurangnya iman dalam diri kita sehingga tidak dapat mengontrol diri. Kita tidak bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi kalau mau melakukan sesuatu jangan hanya berpikir hari ini tapi harus berpikir lebih jauh kedepan.
“Saya berharap, muda-mudahan dengan masuknya program DP3A di tiap – tiap kampus ini bisa meminimalkan terjadi kekerasan terhadap perempuan yang ada di lingkungan kampus dan semoga program ini tiap tahun bisa kita masuk ke kampus-kampus untuk memberikan edukasi pada mahasiswa, pentingnya speak up dan menjaga diri kita”.